Jumat, 16 September 2011

RENUNGAN (18 september 2011)


Berserulah Kepada Allah
Bacaan hari ini: Habakuk 1:1-4
“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7)

Nama “Habakuk” memiliki arti “memegang,” “mendekap,” “memeluk.” Beberapa penafsir mengatakan bahwa ia dinamai demikian karena adalah Habakuk mengasihi Allah dan bergumul dengan Allah.

Nabi Habakuk hidup pada masa Yoyakim, raja Yehuda—seorang raja yang jahat. Tentangnya dikatakan, ia membuat Yerusalem penuh dengan darah orang yang tidak bersalah (2Raj. 24:4). Sebagai seorang nabi Allah yang merindukan kekudusan dan keadilan Allah ditegakkan di tengah-tengah umat-Nya, yang nampak di mata Habakuk adalah penindasan, kejahatan, kelaliman, aniaya dan kekerasan, bahkan dikatakan bahwa hukum (Taurat) Tuhan sudah tidak berarti lagi.

Habakuk memulai tulisannya dengan sebuah doa. Tidak hanya sekadar ucapan tetapi sebuah seruan, bahkan teriakan. Hal ini menunjukkan bahwa pergumulan yang dihadapi Nabi Habakuk demikian berat, bahkan, tampaknya situasi tersebut berlangsung untuk waktu yang lama, sehingga ia berkata, “Berapa lama lagi, TUHAN?” Hubungannya yang dekat dengan Allah membuat ia peka dan tidak terima dengan dosa yang sedang merajalela. Hatinya meluap dengan kerinduan agar kekudusan dan keadilan Allah dapat dinyatakan pada Bangsa Yehuda. Oleh karena itu, Habakuk berseru-seru kepada Allah dan mengharapkan campur tangan Allah di tengah-tengah bangsanya tersebut.

Bagaimana dengan kita? Jika melihat keadaan sekitar kita; keluarga, kota kita dan bangsa kita, masihkah hati kita memiliki “kobaran semangat” seperti Habakuk, ataukah saat ini hati kita dingin dan tak peduli lagi dengan apa yang terjadi di sekitar kita? Marilah kita kembali mendekatkan diri kita kepada Tuhan, agar kasih-Nya memenuhi hati kita, sehingga sama seperti Habakuk, kita juga berseru kepada Allah bagi sekitar kita. Jika kita tidak lagi peka terhadap sekitar kita, mungkin ada masalah dalam relasi kita dengan Tuhan, sehingga kita tidak lagi dapat memahami isi hati-Nya. Janganlah menjadi umat Tuhan yang hanya memperhatikan diri sendiri. Marilah kita introspeksi diri dan menjadi berkat bagi sekitar kita!

STUDI PRIBADI: Mengapa Habakuk berseru-seru kepada Tuhan? Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen, ketika mereka melihat kondisi sekitarnya?
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka juga memiliki kepekaan terhadap kondisi lingkungan atau daerah di mana mereka tinggal, dan dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar