Senin, 13 Agustus 2012

Masih Untung Saya Mau Melakukannya! (sabtu, 04 Agustus 2012)

Bacaan hari ini: Roma 12:1-2 “…demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu… persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah…” (Roma 12:1) Sesungguhnya dampak individualisme dalam kehidupan masyarakat modern sangat besar, sehingga ke-ego-an mereka begitu nampak dalam mempertahankan hak mereka; tetapi tidak demikian, ketika mereka diminta untuk memperhatikan orang lain, mereka begitu rapuh dan kurang peduli. Gaya hidup demikian tanpa terasa telah menghantam sendi-sendi kehidupan iman Kristen. Dalam melayani Tuhan maupun mengasihi sesama, kita tidak lagi melakukannya berdasarkan firman Tuhan, tetapi berdasarkan “privasi” kita. Itulah sebabnya pada masa kini, ada kalanya kita menjumpai ucapan yang menyentak hati kita, yaitu: “Masih untung, saya mau melayani!” atau “Masih untung, saya mau menyumbangkan uang saya untuk pelayanan gereja!” atau “Masih untung, saya mau datang ibadah! Jadi, jangan pernah paksa saya!” Kesan yang muncul dari ucapan tersebut adalah, orang tersebut ingin melakukan pelayanan, ibadah atau memberikan persembahan, jika dirinya tergerak. Namun sebenarnya, tidak demikian. Ia sedang menjunjung tinggi privasi atau ke-ego-annya. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan: “Demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu, persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah...” (Rm. 12:1). Apa yang Paulus harapkan? Ia mengharapkan, jemaat memiliki kesadaran, bahwa totalitas hidup mereka adalah kepunyaan Tuhan, yang harus dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga tidak ada satupun yang menjadi privasi dan hak mereka. Tuhan memiliki mereka, karena mereka telah ditebus oleh Tuhan, dan harganya telah lunas dibayar! Karena itu, yang menjadi satu-satunya hak kita adalah “melayani Dia.” Paulus menyebut kita sebagai “hamba-hamba Allah” (Rm. 6:22). Seorang hamba tidak mungkin mengatakan kepada Tuannya: “Masih untung, saya mau melakukannya!” Hamba yang demikian sama dengan “hamba yang tidak setia” dalam perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30, di mana pada akhirnya, hamba itu disebut “hamba yang jahat dan malas,” dan tidak berkenan di hati Tuhan. STUDI PRIBADI: Perhatikan perumpamaan tentang talenta di Matius 25:14-30; apakah yang diucapkan hamba yang menerima satu telenta dapat dibenarkan? Jelaskan! DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi orang Kristen agar mereka tidak hidup menuruti keegoisan mereka, tetapi sebaliknya hidup sebagai hamba-hamba Allah yang berkenan kepada-Nya dan mensyukuri segala kemurahan Allah dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar