Minggu, 30 Oktober 2011

Tegoran dan Hajaran Tuhan (4)

Bacaan hari ini: Wahyu 3:14-22 (lanjutan)
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” (Wahyu 3:19)

Allah menegor, bahkan menghajar ketika kita melakukan kesalahan dan dosa, oleh karena Dia sayang kepada kita. Allah mau supaya kita merelakan hati mengaku kesalahan dan bertobat. Tujuan utama dari tindakan Allah tersebut adalah pertobatan hidup kita. Tetapi, apakah yang dimaksud dengan pertobatan itu?

Seringkali orang berpikir bahwa mengaku dosa adalah pertobatan. Tapi itu adalah separuh kebenaran. Pertobatan sejati bukan hanya sekadar mengaku dosa saja, tapi juga disertai dengan tindakan nyata lainnya; yakni berubah arah, kembali kepada jalan Allah, kembali melakukan apa yang benar dan bukan hanya berhenti melakukan kesalahan saja.

Firman Allah (Alkitab) bukan saja berfungsi untuk mengajar dan menyatakan kesalahan saja, tetapi juga untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2Tim. 3:16). Allah bukan hanya mau kita mengakui kesalahan kita, tetapi juga memperbaiki kesalahan dengan cara mengarahkan hidup dan pelayanan kita kembali ke dalam kebenaran, dalam jalan-Nya sendiri. Allah mengijinkan kita melakukan kesalahan, kemu-dian Dia akan menegor dan membimbing kita kembali ke dalam kebenaran—itu adalah pengalaman pertumbuhan rohani yang sesungguhnya.

Pertobatan sejati bukan saja melibatkan unsur pengakuan, tapi juga keinginan untuk kembali pada jalan Allah, mengerjakan kembali panggilan Allah yang semula. Gereja Laodikia harus kembali mengerjakan fungsi dan panggilannya, demikian juga dengan setiap institusi, keluarga, dan pribadi-pribadi Kristen. Setiap orang bisa melakukan kesalahan, tapi setiap orang percaya yang sejati juga harus mempunyai hati yang peka, kerelaan untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda kembali mengerjakan kebenaran-Nya? Itulah yang menjadi kerinduan Tuhan atas kita, anak-Nya. Karena itu, marilah kita menghidupi kebenaran-Nya, dan bukan sekadar mengakui kesalahan kita di hadapan-Nya, sebab Allah tidak menghendaki kita sebagai orang yang tahu kebenaran, tetapi pelaku kebenaran.

STUDI PRIBADI: Apa arti pertobatan yang sesungguhnya; apakah hanya sekadar menyesali kesalahan, atau memperbaiki yang salah dengan mengerjakan yang benar? Alasannya?
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi setiap orang Kristen supaya mereka tidak saja mengetahui kesalahan mereka, tapi juga mau berbalik dari kesalahan mereka dan hidup bagi kebenaran Allah, sehingga mereka menyukakan hati Allah.

Tegoran dan Hajaran Tuhan (3)

Bacaan hari ini: Wahyu 3:14-22 (lanjutan)
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” (Wahyu 3:19)

Allah menegor dan menghajar kita karena kasih, tetapi tindakan Allah yang baik ini tidak selalu mudah ditangkap oleh yang bersangkutan, baik secara pribadi, di dalam lingkup keluarga, maupun organisasi yang lebih besar. Contoh kehidupan umat Allah yang tercatat dalam Alkitab dan kesaksian hidup kita sendiri membuktikan bahwa memang tidak begitu mudah untuk dapat memahami kebenaran agung ini. Mengapa begitu?

Pertama, karena ini berhubungan dengan kepekaan untuk menyadari kesalahan diri sendiri. Kedua, juga berhubungan dengan kerelaan untuk mengakui kesalahan. Sekalipun kita peka atau tahu, bahwa kita telah melakukan kesalahan, namun seringkali kita tidak memiliki kerelaan untuk mengakuinya di hadapan Tuhan; bahwa kita cenderung mengabaikannya. Sulitnya kita melakukan keduanya, karena keduanya berhubungan dengan ego kita yang begitu sensitif. Mengetahui suatu kesalahan adalah lebih mudah, karena itu bergantung pada pengetahuan kita tentang benar atau salah; tapi untuk mau menyadari dan mengakuinya adalah jauh lebih sulit karena dominasi ego atas diri manusia, begitu kuat. Namun, itulah yang Allah harapkan dari kita; agar kita mau menyadari dan mengakuinya!

Orang berubah menjadi lebih baik, bukan hanya pada saat dia tahu tentang yang benar dan yang salah, tapi justru dimulai ketika dia menyadari dan mengakui kesalahannya. Respons hati terhadap tegoran Tuhan, itulah titik awal dari perubahan hidup yang sejati. Allah menegor kesalahan anak-anak-Nya, dan Allah mau supaya anak-anak-Nya menyadari apa yang sedang terjadi, dan mengakuinya.

Orang lebih mudah melihat dan menilai suatu kesalahan yang dilakukan orang lain, tapi sulit menyadari dan mengakui kesalahan dirinya, sehingga tidak ada perubahan terjadi dalam hidupnya. Hal ini membutuhkan kepekaan hati kita untuk menyadari suatu kesalahan, dan membutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kesalahan. Semua itu, jika kita lakukan, akan mendatangkan rasa malu dan sakit, tetapi Allah menuntut respon demikian, karena Dia ingin kita menjadi baik dan berkenan kepada-Nya.

STUDI PRIBADI: Apa yang membuat kita tidak peka terhadap kesalahan kita? Apa yang membuat kita tidak mau mengakui kesalahan?
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi pemuda/i Kristen agar mereka memiliki kepekaan terhadap kesalahan serta kerendahan hati untuk mengakuinya di hadapan Tuhan, sehingga mereka menjadi taat kepada Tuhan sejak masa muda.

Tegoran dan Hajaran Tuhan (2)

Bacaan hari ini: Wahyu 3:14-22 (lanjutan)
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” (Wahyu 3:19)

Allah menegor dan menghajar bukan karena tersinggung, sakit hati, atau marah, tapi karena Dia mengasihi kita, dan Dia melakukannya demi kebaikan kita. Allah tidak mau kita terus dalam kesalahan, hati menjadi semakin keras, kemudian melakukan kesalahan yang lebih besar lagi; karena semua itu hanya akan membawa kita terpuruk semakin dalam, semakin jauh dari Tuhan, semakin gagal, dan hidup semakin menderita.

Ketika kita melakukan kesalahan, seringkali kita tidak sadar apa akibat buruknya. Karena itu kita cenderung meremehkan kesalahan, membiarkan satu kesalahan berkembang kepada kesalahan yang lainnya. Namun Allah mengetahui secara komprehensif segala konsekuensi buruk dari suatu tindakan kesalahan yang kita lakukan. Allah tahu bahwa efek domino dari suatu dosa pada akhirnya adalah kehancuran total, dan Dia sama sekali tidak rela hal tersebut terjadi atas gereja-Nya, atas kehidupan anak-anak-Nya yang Dia kasihi.

Allah begitu mengasihi gereja dan orang-orang percaya sehingga Dia rela mengorbankan Anak-Nya sendiri untuk menebus kembali semuanya. Dia begitu peduli dengan umat pilihan-Nya, sehingga Dia tidak bisa tinggal diam. Seorang bapak atau ibu yang baik, pasti akan menegor, mencegah atau memperingatkan anaknya ketika anaknya mulai melupakan nasihat mereka dan memilih untuk melakukan hal-hal yang dia senangi, sekalipun hal itu adalah salah dan berbahaya. Orang tua yang sayang kepada anak, tidak rela melihat anak mengalami akibat buruk dari kesalahannya. Hanya orang tua yang bodoh, yang membiarkan anak-anaknya melakukan kesalahan yang membawa mereka kepada kehancuran.

Allah mengasihi anak-anak-Nya dengan kasih yg sempurna. Didorong oleh kasih yang begitu besar dan tulus, Allah tidak membiarkan gereja dan anak-anak-Nya, hidup terus-menerus dalam kesalahan. Dia menegor dan menghajar kita demi kasih-Nya; semua itu dilakukan-Nya untuk kebaikan kita, anak-Nya, agar kita dapat senantiasa hidup memuliakan Dia. Marilah kita menyadari hal ini!

STUDI PRIBADI: Mengapa Allah memberikan teguran dan hajaran-Nya kepada kita? Apa tujuan teguran Allah bagi kita, untuk mencelakai atau memperbaiki kita?
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi mereka yang sedang mengalami didikan Tuhan agar mereka tidak memberontak, tetapi tetap percaya akan kasih Tuhan, yang sekalipun menghajar, Tuhan yang akan membalutnya.

Tegoran dan Hajaran Tuhan (1)

Bacaan hari ini: Wahyu 3:14-22
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah.” (Wahyu 3:19)

Gereja Laodikia adalah gereja yang telah kehilangan fungsinya, karena dalam kekayaannya mereka telah melupakan Tuhan. Perihal menjadi kaya sendiri bukanlah suatu kesalahan, tetapi melupakan dan mengabaikan Tuhan merupakan kesalahan yang fatal, karena ketika Tuhan sudah tidak menjadi pusat lagi, maka semua yang dilakukan sudah tidak ada lagi maknanya.

Tuhan tidak mengabaikan kesalahan, apalagi yang dilakukan gereja-Nya. Kadang untuk sesaat Tuhan mendiamkan, tetapi ketika kesalahan itu dilakukan sampai pada titik tertentu, Allah akan bertindak. Ia akan menegor dan menghajar Gereja dan orang-orang yang dikasihi-Nya.

Tuhan menegor dengan cara halus, melalui peringatan-peringatan tertentu, baik melalui firman-Nya, maupun melalui kejadian-kejadian yang bersifat negatif, seperti ketidaklancaran atau kegagalan hidup. Sekalipun tantangan, kesulitan, sakit penyakit dan kegagalan hidup, tidak selalu berarti Tuhan sedang menegor, kadang Tuhan memakai hal itu untuk menguji dan melatih iman kita. Tuhan juga bisa memakai semuanya itu untuk menegor kesalahan umat-Nya. Ketika peringatan atau tegoran yang ringan dari-Nya tidak ditangkap dengan baik, maka Tuhan bisa memakai cara yang lebih keras; Dia menghajar!

Karena itu, janganlah cepat bersungut-sungut atau bahkan menyalahkan Tuhan atas pengalaman hidup yang tidak baik, atau peristiwa buruk yang menimpa kita. Adalah jauh lebih baik kalau kita belajar menjadi lebih peka terhadapan kehendak Tuhan. Ketika gereja, keluarga, atau kehidupan pribadi mengalami “masalah,” barangkali itulah saatnya di mana Tuhan ingin kita mengevaluasi kembali hidup maupun pelayanan kita, barangkali semua itu terjadi karena hidup dan pelayanan kita telah kehilangan fungsi yang semula, seperti jemaat di Laodikia. Dia menegor dan menghajar, ketika kita melakukan kesalahan. Bagaimana dengan kehidupan Anda hari ini? Belajarlah peka terhadapan kesalahan yang kita lakukan dan tegoran yang Tuhan berikan kepada kita!

STUDI PRIBADI: Bagaimana cara Allah menegor umat-Nya yang berbuat salah pada-Nya? Apakah setiap persoalan yang menimpa kita berarti Allah sedang menegor kita? Alasannya!
DOAKAN BERSAMA: Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kepekaan terhadapan didikan dan tegoran Tuhan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat mengalami pertumbuhan rohani dan pengenalan yang baik terhadap Tuhan.